YUNANI
Yunani
adalah bangsa yang menyebur dirinya Hellas. Hellas adalah bangsa yang sebagian
besar berasal dari suku Indo-Germania. Pada sejarah Yunani, sejarah musik
dibagi menjadi 3 kurun waktu, yaitu:
A. Zaman Mitis (sebelum 1100 SM)
Bangsa Yunani mengganggap seni berasal langsung dari dewa.
Dewa dan pelindung kesenian adalah Dewa Apollo. Apollo adalah Dewa dari
semangat yang menjadi contoh teladan dari golongan Kitharoden, panglima dari
para Musa yaitu Dewa-wanita (Dewi).
Musik adalah kesenian yang utama bagi para Musa (dewi Musik).
Semua hal yang diperbuat oleh Dewi-musik seperti birama, irama, dan aturan pada
musik, berpadu menjadi keindahan yang bebas dan penuh kebahagian dan yang
mengatur ketetapan waktu, seperti melintasnya planet-planet.
Berikut ini adalah nama dari kesembilan Dewi Musik:
1.
Kalliope :
Dewi Sastra
2.
Kllo :
dewi sejarah
3.
Erato :
Dewi sastra erotis
4.
Euterpe :
Dewi seni sastra liris
5.
Thalia :
Dewi Ria-jenaka
6.
Melpomone :
Dewi Drama sedih
7.
Terpsichord :
Dewi Seni tari
8.
Polyhymnia :
Dewi seni musik (olah nada)
9.
Urania :
Dewi Ilmu bintang
Pada zaman tersebut ada sebutan untuk seorang pengarang drama
yaitu “dyonisis” . Pada zaman
tersebut juga memiliki musik yang sangat
berisik. Musik tersebut di sajikan oleh suku Bacchant, yaitu para pemuja Kybele
yang terdiri dari paduan pauken dan seruling, sangkakala dan symbalo. Mereka
memainkan musik pada malam hari dengan penerangan obor dan beramai-ramai
memasuki hutan.
Terdapat Foklsong atau musik rakyat yang muncul sebagai
satire dengan Syrinx, seruling, castagnet, dan kecel. Dengan cara demikian suku
Hellas (bangsa Yunani) diliputi dengan dewa music, mulai dari kusik yang syahdu
seperti hymne dari padara dewi-musik sampai music yang paling berisik seperti
pada pesta Bacchos.
Menurut mitos Yunani kuno, musik memiliki kekuatan ajaib yang
dapat menyempurnakan tubuh dan jiwa raga serta dapat membuat mujizat dalam
dunia alamiah dan tidak dapat dipisahkan dari upacara-upacara keagamaan.
Contohnya adalah alat music yang terkait pada aliran Apollo dalam Yunani kuno
adalah lyra.
Lyra dan cithara adalah alat music petik yang mempunyai tali
senar lima sampai tujuh. Keduanya digunakan sebagai pengiring pusi dan sebagai
alat music solo. Selain itu ada Aulos. Aulos
adalah alat musik tiup yang terbuat dari kayu dan terdiri dari dua pipa,
masing-masing mempunyai reed ganda
dan lubang jari.
Sebuah lagu menceritakan pertempuran antara Apollo dan naga
diperdengarkan oleh pemain Aulos yaitu Sakadas. Dia memainkan lagu tersebut
pada pekan Olahraga di Pythia, pada tahun 596 SM. Lagu ini merupakan musik
deskriptif pertama yang terdapat dalam sejarah music. Setelah abad ke-5 SM ,
terdapat perlombaan antara pemain aulos dan kithara yang menghasilkan
peningkatan jumlah virtuoso. Beberapa penulis Yunani menganggap bahwa Olympos
yang tua adalah penemu turunan nada enharmonis . Sumber
peradaban musik pada bangsa Yunani-tua adala Homeros.
B.
Fase
kedua (1100-500 SM)
Seniman pertama yang
disebut-sebut dalam masyarakat Yunani adalah Tyrtaeosyang hidup tahun 676 SM
dan tampil sebagai penyanyi dan pahlawan dalam perang anatara orang Sparta
dengan orang Messenia. Dikatakan juga bahwa ia mengajak teman-teman
seperjuangan untuk maju ke medan perang dengan membunyikan sangkakala yang
bernada lantang. Hal itu mengejutkan sehingga musuh lari tunggang-langgang.
Nama terpander mengingatkan kepada susunan 4 nada
(tetrachord) tetapi oleh Terpander di kembangkan menjadi 7 nada yang
mengakibatkan ia menjadi orang tenar seperti ahli seni Yunani yang lainnya.
Adapun yang menyatakan bahwa Amphion mendapat kehormatan sebagai orang yang
mengembangkan susunan nada dan begitu juga Polytnestos (700 SM) disebut sebagai
orang yang menemukan sistem 7 nada.
Berikut ini merupakan tetrachord yang terdapat pada dawai
lyra:
Nada yang terdapat dalam tetrachord 1 kemudian dikembangkan
menjadi 7 nada dengan nada e sebagai permulaan dari tetrachord yang baru. Oleh
karna itu pada lyra ditambahkan dawai dengan nada baru dan dengan demikian
nadanya berjumlah 7.
1.
Tangganada
diatonic
Bangsa Yunani membuat tangganada yang disebut dengan
tangganada diatonis atau tangga ada asli dari tetrachord. Dasar teori ini
diambil dari tetrachord yang berarti empat dawai. Karna kebiasaan
bangsa Yunani menggunakan 4 dawai, maka tetrachod disebut diatonis jika pada
empat nada tetrachord itu sekurang-kurangnya terdapat dua langkah nada yang
utuh.
a.
Sesudah dua langkah nada yang utuh terdapat
setengah nada. Susunan ini dinamakan susunan doris.
b.
Langkah setengah nada terdapat ditengah dua langkah nada yang utuh.
Susunan ini dinmakan frigis.
c.
Langkah nada setengah nada sebelum dua langkah
nada yang utuh. Susunan ini dinamakn lydis.
Pada ketiga nada pokok ini masih dapat ditambahkan
tetrachord lagi. Bila tetrachord ditambah nada diatas, maka hasilnya adalah
tangganada hyper-, contohnya hyperdorism.
Bila ditambah nada bawa, maka hasilnya adalah tangganada hypo-,
contohnya hypofigris. Dengan demikian diperoleh 9 tangganada yaitu:
a.
Hyperdoris = miksolydis
b.
Doris
c.
Hypodoris = eolis
d.
Hyperfrigis
e.
Frigis
f.
Hypofrigis = Yonis
g.
Hyperlydis
h.
Lydis
i.
Hypolydis
Dengan adanya aturan nada maka timbullah bermacam macam
skala nada yang diberikan menurut suku bangsa Yunani dan yang kemudian dipakai
oleh Gereja untuk music Gregorian. Menurut Aristoteles jenis nada yang tertua
adalah Doris dan Frigis.
Namun aristidas dan Plutarchos menganggap jenis nada
Lydis sebagai jenis nada yang tertua juga.
2. Tangganada kromatis dan enharmonis
Bentuk turunan nada kromatis
lebih menguntungkan daripada enharmonis karena nada kromatis hanya membagi
nada utuh menjadi dua bagian nada-setengah. Kromatis berasalah dari kata
“chroma” yang berarti warna.
Turunan nada enharmonis
yang agak mudah dimainkan oleh
seruling, ternyata dipakai untuk mengiringi kebaktian karena adanya ketentuan
bahwa alat tiup adalah alat utama yang dapat digunakan dalam kebaktian.
3.
Harmoni
Bangsa Yunani terdapat bunyi ganda tetapi sangat
terbatas seperti oktaf, kuint, kuart. Mereka sebut symphonia tetapi bunyi dwi nada ini jarang dipergunakan. Harmoni
itu adalah rembesan dari seni music Eropa abad pertengahan dan tidak dikenal di
Hellas maupun di neara tua yang lain. Hal ini dibuktikan atas dasar pengetahuan
tentang perbandingan nada.
Phytagoras merupakan
ahli musik pertama yang menunjukkan keselarasan antara perbedaan nada dan
proporsi dalam ilmu pasti. Bintang-bintang dilangit pun berjarak dalam proporsi
seperti dalam tangganada. Phytagoras menemukan
alat yaitu monochord. Alat musik ini
hanya memakai satu dawai yang ditegangkan pada suatu kam yang tempatnya dapat
digeser sehingga terdengar nada tinggi dan rendah sesuai dengan tempat dan
letaknya kam tadi. Maka dengan alat ini
dapat ditunjukkan dengan hubungan ilmu pasti dengan masing-masing nada.
Menurut Phytagoras
nada terts itu tidak tergolong interval konsonan tetapi tergolong dalam
interval disonan. Trinada konsonan ini dianggap tidak lazim pada aturan
tangganada Yunani.
4.
Metrik
Yunani
Seluruh metrik Yunani, dalam seni sastra, seni tari,
maupun seni music berdasarkan satuan waktu yang elementar yaitu chronos prootos artinya waktu yang
pertama. Chronos protos sebenarnya hanya merupakan jangka waktu relative, sebab
panjangnya yang sesungguhnya ditentuka oleh tempo musik.
Metrum Yunani belum menyatakan sesuatu tentang kualitas
atau dinamika dari masing masing suku kata, tetapi hanya membedakan panjang
pendeknya nada saja.
C.
MASA
KLASIK DAN HELENISME (500-30 SM)
Pada masa ini sudah terdapat pantomim. Pantomime ini memiliki
arti sendiri dalam gerakannya yang lembut dan dramatis. Ini menunjukan adanya
perubahan yang dialami karna isinyanyian serta iringan diubah dalam bentuk
gerakan dan ucapan.
Paduan suara mempunyai peran dalam drama yang bermusik.
Bagian dengan paduan suara seimbang dengan bagian dialognya. Akhirnya
paduansiara dibatasi oleh Euripides. Jadi paduan suara hanya saat di perlukan
saja. Dan lama-lama peran dari paduan suara pudar.
Mula-mula paduan suara itu terdiri dari 45 orang, yang
kemudian dikurangi menjadi 15 orang. Sebagai kepala paduan suara adalah seorang
ang disebut koryphe, iyalah orang
yang memberi nada pertama dan memimpin. Nyanyian untuk paduan suara adalah
silabis.
Jumlah alat music yang digunakan pada zaman ini juga sangat
banyak macannya. Contohnya:
1.
Xidixis
2.
Chelys (testudo)
Lyra yang mempunyai kotak gema dan
berbentik kura kura
3.
Barbiton dan pektis
Lyra yang disandan menggunakan sebuah
sabuk lebar yang bersulamkan benang benang emas dengan indahnya dan tangan
kanan memegang plectrum yaitu alat petik untuk memainkan lagu sisipan jika
dimainkan secara instrumental saja
4.
Phorominx
Berbentuk kithara yang besar
5.
Psalter
Lyra panjang yang ditentukan olrah
panjannya dawai dan diperkirakan mempunyai nada yang rendah
6.
Mogadis dan trogonon
Mogadis dawainya ditala dengan nada
yang sama atau dengan oktafnya sedangkan trogonon dikenal sebagai pengganti
harpa Yunani.
7.
Aulos
Alat tiup yang terbuat dari kayu dengan
bentuk yang mirip clarinet atau hobo dan
cara meniupnya sama dengan clarinet atau hobo.
Kebudayaan Yunani tidak hany
terbatas pada bidang musik saja melainkan menunjukan kesempurnaan pada bidang
ilmu pengetahuan. Ilmupengetahuan yang paling abstrsak adanalah ilmu
filsafat. Maka dari itu tidak heran jika pada masa keemasan kebudayaan
Yunani ditemukan filsuf-filsuf yang membahas tentang keindahan musik. Tokoh
filsafat yang mengajarkan musik Yunani klasik adalah: Plato, Aristoteles dan
Aristoxenos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar